ASMAT - Sabtu (6/9/2025) menjadi hari yang tak biasa di Kampung Mumugu 2, Distrik Sawa Erma, Kabupaten Asmat. Suasana teduh di sekitar Tugu Salib ikon religius dan bersejarah bagi warga setempat tiba-tiba ramai oleh suara sapu lidi, cangkul, dan gelak tawa kebersamaan.
Prajurit Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku, yang tergabung dalam Yitik Kuat Batas Batu, hadir bukan dengan atribut militer, melainkan dengan semangat gotong royong. Dipimpin oleh Sertu Barakati, para prajurit bergabung dengan warga setempat untuk membersihkan lingkungan sekitar Tugu Salib. Mereka menyapu sampah, memangkas rumput liar, hingga menata kembali halaman agar tampak rapi dan indah.
Di bawah terik matahari Papua, peluh bercucuran tak menyurutkan langkah. Justru, tawa ringan dan semangat saling menyemangati terdengar di antara deru alat kerja sederhana. Momen itu menunjukkan bahwa di perbatasan, TNI dan rakyat tidak hanya berdiri berdampingan, tetapi juga berjalan seiring dalam menjaga warisan bersama.
Bagi masyarakat Mumugu 2, Tugu Salib bukan sekadar monumen fisik. Ia adalah simbol iman, persatuan, dan napas kehidupan sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi. Karena itu, keterlibatan prajurit TNI dalam merawatnya menjadi sesuatu yang bermakna lebih dalam.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada prajurit Masariku atas bantuannya dalam ikut menjaga kebersihan lingkungan di wilayah kami, ” ujar Bapak Vrimus Firkom, Kepala Kampung Mumugu 2, dengan wajah penuh syukur. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya meringankan beban masyarakat, tetapi juga memperkuat rasa memiliki bersama terhadap ikon penting kampung mereka.
Gotong royong ini adalah bagian dari pembinaan teritorial (Binter) yang rutin dilakukan Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku. Selain menjaga perbatasan negara, prajurit juga aktif menjalankan program sosial kemasyarakatan, mulai dari pelayanan kesehatan gratis, penyuluhan, hingga bantuan kemanusiaan. Semua itu dilakukan demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah perbatasan Papua.
“Membersihkan Tugu Salib bukan hanya tentang lingkungan yang bersih dan indah, tetapi juga tentang merawat simbol persatuan dan menghargai nilai-nilai religius yang dipegang masyarakat, ” ujar salah satu prajurit dengan penuh ketulusan.
Kegiatan di Mumugu 2 hari itu mengajarkan satu hal sederhana namun mendalam: persatuan lahir dari hal-hal kecil yang dilakukan bersama-sama. Lewat sapu dan cangkul, TNI dan warga membuktikan bahwa kemanunggalan bukan sekadar slogan, melainkan nyata dalam tindakan sehari-hari.
Tugu Salib yang kini tampak lebih asri berdiri bukan hanya sebagai penanda iman, tetapi juga sebagai saksi hidup bagaimana kebersamaan antara prajurit dan rakyat di Papua terus terjalin erat. Dari tanah perbatasan, pesan harmoni itu menggema: Indonesia kuat karena rakyat dan TNI bersatu.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono