BEOGA - Di tengah sejuknya udara pegunungan Papua, prajurit TNI dari Pos Julukoma Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 732/Banau menunjukkan wajah kemanusiaan yang hangat. Bukan dengan barisan senjata, melainkan dengan sapu, cangkul, dan tenaga tulus, mereka bergandengan tangan dengan warga Kampung Julukoma membersihkan halaman gereja pada Sabtu (30/8/2025).
Pagi itu, halaman gereja yang biasanya lengang berubah ramai. Suara tawa anak-anak bercampur dengan derit cangkul dan gesekan sapu. Prajurit berseragam loreng berbaur tanpa jarak dengan masyarakat, memungut sampah, merapikan rumput liar, hingga mengangkut dedaunan kering. Semua dilakukan dengan semangat gotong royong yang terasa hangat.
Bersih-Bersih, Bersatu Hati
Kegiatan karya bakti tersebut dipimpin oleh Sertu Riski Ahmad, melibatkan sejumlah anggota Pos Julukoma dan masyarakat setempat. Meski sederhana, kegiatan itu sarat makna: rumah ibadah yang bersih menjadi simbol kebersamaan dan kepedulian antara TNI dan warga.
Danpos Julukoma, Letda Inf Dismas, menegaskan bahwa kehadiran Satgas tidak sebatas menjaga perbatasan negara, tetapi juga menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat.
“Kami tidak hanya hadir untuk menjaga perbatasan, tetapi juga ingin menjadi bagian dari masyarakat. Melalui karya bakti seperti ini, kami ingin menumbuhkan semangat gotong royong dan mempererat hubungan emosional antara personel Satgas dan warga Julukoma, ” ujar Letda Inf Dismas.
Ucapan Syukur dari Warga
Warga Julukoma pun menyambut hangat langkah sederhana yang penuh makna ini. Bapak Derku, salah satu tokoh masyarakat, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya.
“Kami sangat bersyukur dan senang atas kehadiran bapak-bapak TNI. Mereka tidak hanya menjaga keamanan, tapi juga membantu kami membersihkan gereja. Ini bukti nyata bahwa mereka peduli dengan kami, ” ucapnya.
Bagi warga, keterlibatan prajurit dalam membersihkan gereja bukan hanya soal kebersihan fisik. Lebih dari itu, hal tersebut memperlihatkan bahwa TNI hadir sebagai saudara, mitra, sekaligus bagian dari keseharian mereka.
Kemanunggalan di Tengah Pegunungan
Di Julukoma, kegiatan sederhana ini menjadi bukti nyata bagaimana kemanunggalan TNI dan rakyat terus dijaga. Gereja yang bersih kini bukan hanya menjadi rumah doa, tetapi juga simbol eratnya persaudaraan antara prajurit dan masyarakat.
Loreng yang biasanya identik dengan ketegasan dan kewaspadaan di garis depan, kini menyatu dengan doa dan gotong royong. Dari halaman gereja di Kampung Julukoma, tersirat pesan bahwa kekuatan bangsa ini terletak pada kebersamaan dan kepedulian, sekecil apa pun bentuknya.
(PenSatgas Yonif 732/Banau)