JAKARTA - Sebagai implementasi nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, dosen Politeknik Pengayoman Indonesia (POLTEKPIN) jurusan Keimigrasian melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang menyasar peserta didik Kejar Paket C di Sekolah Anak Percaya, Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
Sekolah Anak Percaya merupakan sekolah kejar paket yang dibina oleh Bhabinkamtibmas Polsek Kembangan, Bapak Aiptu Agus Riyanto. Kegiatan ini merupakan bentuk sinergi antara Polsek Kembangan dan Politeknik Pengayoman Indonesia dalam rangka mencegah Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang masih marak terjadi di masyarakat.
Dipimpin oleh Isidorus Anung Prabadhi, kegiatan ini melibatkan lima dosen lainnya, yaitu Budy Mulyawan, Intan Nurkumalawati, Cakra Trinata, Anida Sri Rahayu Mastur, dan Salsabila Andi Jani. Mengusung tema "PMI Cerdas, Masa Depan Berkualitas", program ini berfokus pada sosialisasi bahaya dan pencegahan pekerja migran Indonesia (PMI) non-prosedural. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran peserta didik, terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu, agar memahami risiko serta prosedur resmi dalam bekerja di luar negeri.
Menurut Isidorus Anung Prabadhi, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat, “Kami bertujuan membekali peserta didik dengan pemahaman bahwa menjadi pekerja migran harus melalui prosedur yang sah agar terhindar dari eksploitasi dan pelanggaran hukum.”
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Ketua Jurusan Keimigrasian Politeknik Pengayoman Indonesia, Dr. Intan Nurkumalawati, A.Md.Im, S.IP., MPA. Dalam sambutannya, Ia menekankan pentingnya menanamkan kesadaran bahwa jika memilih untuk bekerja di luar negeri, harus dipersiapkan dengan cara yang sah dan aman.
Data lapangan dari sosialisasi ini menunjukkan bahwa kelompok masyarakat marginal, termasuk pemulung, sangat rentan terhadap bujuk rayu dan mudah terjerumus dalam jaringan pengiriman tenaga kerja ilegal. Hal ini makin diperparah oleh rendahnya literasi hukum serta keterbatasan ekonomi sebagai pemicu utama terjadinya migrasi non-prosedural.
Metode kegiatan dilaksanakan secara interaktif dengan pemaparan materi menggunakan media visual serta diskusi partisipatif. Dalam pemaparannya, Cakra Trinata menjelaskan berbagai dampak negatif dari PMI non-prosedural, mulai dari pelanggaran HAM, penyiksaan, hingga sulit mendapatkan perlindungan hukum dari negara asal maupun negara tujuan. Antusiasme peserta terlihat dari aktifnya sesi tanya jawab, karena banyak di antara mereka yang sudah mengenal lingkungan sekitar PMI.
Sekolah Anak Percaya sebagai mitra kegiatan menyambut positif inisiatif para dosen Poltekpin ini. Kepala sekolah menyampaikan apresiasi atas kontribusi nyata civitas akademika Poltekpin dalam memberdayakan masyarakat akar rumput melalui pendekatan edukatif yang inspiratif.