JAYAPURA - Di balik gemuruh alam Papua yang megah dan penuh potensi, Tentara Nasional Indonesia (TNI) bergerak tanpa banyak sorotan: membangun, melindungi, dan menjembatani harapan masyarakat Papua menuju masa depan yang sejahtera. Bukan sekadar penjaga batas negara, TNI hadir sebagai penggerak pembangunan dan kemanusiaan. Selasa 6 Mei 2025.
Melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020, TNI mendapat mandat strategis untuk mendukung percepatan pembangunan kesejahteraan Papua. Tiga peran utama dijalankan serentak: menjaga keamanan, mendukung pelayanan dasar, dan membangun komunikasi sosial yang inklusif. Misi besar ini tak hanya bersifat taktis, tapi juga menyentuh dimensi kemanusiaan dan sosial.
Ketika Peluru Mengancam, TNI Membalas dengan Tindakan Kemanusiaan
Tantangan keamanan di Papua tidak ringan. Kelompok Separatis Bersenjata (KSB), eks-OPM, terus melancarkan teror terhadap masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan.
Namun, TNI merespons ancaman ini bukan dengan kekerasan membabi buta, melainkan dengan misi penyelamatan dan evakuasi kemanusiaan. Ketika Pilot Helikopter asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning, menjadi korban kebrutalan KSB pada 5 Agustus 2024, TNI bergerak cepat mengevakuasi jenazah korban, tenaga kesehatan, guru, dan balita dari zona merah tanpa harus diminta, karena kemanusiaan tak menunggu permohonan.
Evakuasi tersebut membuktikan satu hal: TNI bukan hanya pasukan perang, tapi penjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Misi Pembebasan yang Mengukir Sejarah
Puncak dari keberhasilan TNI dalam mengawal kemanusiaan di Papua adalah saat Kapten Pilot Phillip Mark Mehrtens dari Susi Air dibebaskan dari penyanderaan (21/9/2024). Operasi itu tidak hanya menyelamatkan satu nyawa, tetapi sekaligus mengirim pesan kuat: bahwa negara tidak akan tinggal diam ketika warganya, atau warga dunia yang membantu membangun Indonesia, menjadi sasaran kekerasan.
Panglima Habema: "Keamanan adalah Jalan Menuju Kesejahteraan"
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Mayjen TNI Lucky Avianto, menyatakan bahwa keamanan adalah kunci utama bagi tumbuhnya pembangunan. “TNI dan Polri memahami bahwa keamanan adalah fondasi. Tapi kita tidak hanya bergerak dalam garis militeristik kami membangun kepercayaan, membangun jembatan hati dengan masyarakat, ” ujarnya.
Dengan pendekatan sosial, komunikasi kultural, hingga penguatan layanan pendidikan dan kesehatan, TNI perlahan-lahan menanam benih harapan di tanah yang selama ini dirundung konflik.
Kesimpulan: TNI Hadir untuk Papua, Bukan Sekadar di Papua
Papua tidak butuh peluru, tapi perlindungan. Tidak butuh propaganda separatis, tapi kolaborasi untuk membangun. TNI menjadi wajah dari negara yang hadir tidak hanya saat perang, tapi juga dalam sunyi pembangunan dan perjuangan hidup sehari-hari masyarakat.
Di medan yang berat, TNI memilih jalan pengabdian. Karena bagi mereka, setiap jengkal tanah Papua adalah bagian dari cerita besar Indonesia yang utuh dan damai.
Autentikasi:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono