PAPUA - Asap membubung ke langit, membawa doa-doa penuh harapan. Batu-batu panas menghangatkan tanah, seperti halnya kehangatan persaudaraan yang tak terbatas. Di Kampung Amungi, Distrik Ilaga Utara, sebuah perpisahan bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang kebersamaan yang semakin erat. Jumat 28, Maret 2025.
Mama Ina, sosok yang dihormati, telah berpulang. Namun, warisan kebijaksanaannya tetap hidup di hati masyarakat. Untuk mengenangnya, masyarakat Kampung Amungi menggelar upacara bakar batu, sebuah tradisi sakral yang melambangkan penghormatan, kebersamaan, dan persaudaraan yang tak tergantikan.
TNI Hadir, Tak Sekadar Menjaga, Tapi Juga Berbagi Duka
Di antara mereka, berdiri tegak prajurit Satgas TNI Yonif 700/WYC Pos Mayuberi. Kali ini, mereka bukan hanya penjaga batas negeri, tetapi juga saudara yang ikut merasakan kehilangan. Di balik seragam loreng dan wajah tegas, ada hati yang turut berduka.
"Mama Ina adalah ibu bagi kita semua. Kehilangan beliau adalah kehilangan besar, tetapi kami ingin masyarakat tahu bahwa mereka tidak sendiri. Kami ada di sini untuk berbagi duka, bukan hanya menjaga keamanan, " ujar Letda Inf Arief Natsir, Danpos Mayuberi, saat membantu menyiapkan hidangan bakar batu.
Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, juga menegaskan makna dari tradisi ini. "Bakar batu bukan sekadar memasak bersama. Ini adalah simbol penghormatan terakhir, sebuah ritual yang mengajarkan kita tentang cinta, kebersamaan, dan kenangan yang tak akan pudar, " tuturnya.
Di Balik Air Mata, Ada Harapan yang Terus Dinyalakan
Saat makanan dibagikan, kesedihan yang pekat perlahan mencair. Dalam setiap gigitan, ada rasa syukur, ada cerita, ada doa yang mengalir dalam diam. Di mata masyarakat, terlihat bahwa mereka tidak sendirian. Ada prajurit yang siap menemani, bukan hanya di medan tugas, tetapi juga dalam menghadapi duka.
Di balik seragam tempur, ada hati yang peduli. Dan di tengah pegunungan Papua yang sunyi, bakar batu menjadi saksi bahwa persaudaraan sejati tak mengenal batas.
Autentikasi:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono