Trump Bikin Apple Panik: Harga iPhone Bakal Naik Drastis, Sementara Penjualan Sedang Lesu

5 hours ago 4

loading...

Apple menjual lebih dari 220 juta unit iPhone setiap tahunnya, dengan pasar utama meliputi Amerika Serikat, China, dan Eropa. Foto: ist

AMERIKA - Sebagian besar produksi iPhone saat ini masih berada di China, yang terkena tarif sebesar 54%. Jika tarif ini tetap berlaku, Apple dihadapkan pada pilihan sulit: menanggung beban biaya tambahan yang signifikan atau mengalihkan biaya tersebut kepada konsumen melalui kenaikan harga.

Saham Apple sendiri telah menunjukkan reaksi negatif terhadap potensi pemberlakuan tarif ini, dengan penurunan sebesar 9,3% pada Kamis pekan lalu, yang merupakan penurunan harian terburuk sejak Maret 2020.

Apple menjual lebih dari 220 juta unit iPhone setiap tahunnya, dengan pasar utama meliputi Amerika Serikat, China, dan Eropa.

Dampak pada Daya Beli Konsumen dan Persaingan Pasar

Kenaikan harga yang signifikan berpotensi menurunkan permintaan terhadap iPhone di pasar-pasar utama. Angelo Zino, analis ekuitas di CFRA Research, berpendapat bahwa Apple akan kesulitan untuk mengalihkan lebih dari 5% hingga 10% biaya kepada konsumen mengingat kondisi pasar saat ini.

"Kami memperkirakan Apple akan menahan kenaikan harga yang signifikan pada ponsel hingga peluncuran iPhone 17 pada musim gugur mendatang, karena ini adalah cara mereka biasanya menangani kenaikan harga yang direncanakan," jelas Zino.

Di sisi lain, kebijakan tarif ini dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi Samsung Electronics, yang menghadapi tarif impor lebih rendah ke Amerika Serikat dibandingkan dengan China.

Tantangan Rantai Pasok dan Alternatif Produksi

Meskipun Apple telah melakukan diversifikasi rantai pasoknya ke negara-negara seperti Vietnam dan India, sebagian besar produksi iPhone masih bergantung pada fasilitas di China. Negara-negara alternatif ini juga tidak luput dari tarif, dengan Vietnam dikenakan tarif 46% dan India 26%. Menurut Neil Shah, salah satu pendiri Counterpoint Research, Apple setidaknya perlu menaikkan harga rata-rata sebesar 30% untuk mengkompensasi bea masuk.

Ketidakpastian Kebijakan dan Kemungkinan Negosiasi
Barton Crockett dari Rosenblatt Securities menambahkan bahwa negosiasi antara Apple, pemerintah China, dan Gedung Putih kemungkinan akan terjadi.

"Sulit bagi kami membayangkan Trump menghancurkan ikon Amerika seperti Apple... tetapi situasinya terlihat cukup sulit."

Hingga saat ini, Apple belum memberikan komentar resmi terkait potensi dampak tarif ini. Banyak konsumen di Amerika Serikat membeli iPhone melalui kontrak jangka waktu dua atau tiga tahun dengan penyedia layanan seluler, yang mungkin sedikit meredam dampak langsung kenaikan harga di awal.


Tantangan Tambahan: Stagnasi Permintaan Akibat Fitur yang Kurang Menggugah

Selain ancaman tarif, Apple juga menghadapi tantangan lain berupa stagnasi permintaan iPhone di pasar-pasar utamanya. Fitur-fitur kecerdasan buatan (AI) terbaru yang diperkenalkan Apple, seperti kemampuan merangkum notifikasi, menulis ulang email, dan mengakses ChatGPT melalui Apple Intelligence, dinilai oleh beberapa ahli belum memberikan alasan yang cukup kuat bagi konsumen untuk melakukan upgrade ke model yang lebih baru.

Stagnasi permintaan ini dapat semakin menekan margin keuntungan Apple, terutama jika biaya produksi meningkat akibattarifimpor.

(dan)

Read Entire Article
Masyarakat | | | |