Begini Cara Malaysia Selamatkan Industri Otomotif dari Tarif Impor AS

4 hours ago 4

loading...

Pabrik mobil Daihatsu di Indonesia. FOTO/ DOK SindoNews

KUALALUMPUR - Seperti halnya di China dan pasar lain yang kini dijajaki oleh merek otomotif asal republik Malaysia, perang harga mobil baru juga telah dimulai.

Menurut Wakil Direktur Utama Proton Roslan Abdullah, fenomena yang dipicu oleh merek-merek China tersebut, meski memberikan keuntungan bagi konsumen dengan harga mobil yang lebih murah, namun meninggalkan dampak negatif bagi industri otomotif lokal, khususnya original equipment manufacturer (OEM) yang merupakan vendor lokal yang memasok komponen kendaraan di sini.

"Perang harga tidak hanya memengaruhi OEM dengan pabrik manufaktur dan perakitan di negara ini, tetapi juga memengaruhi vendor dan distributor lokal. Situasi ini menyebabkan peningkatan penimbunan, karena pelanggan tertarik pada mobil yang ditawarkan dengan harga lebih rendah. Pada saat yang sama, beberapa pelanggan bersikap menunggu dan melihat, berharap harga akan terus turun," kata Roslan dalam laporan NST seperti dilansir Paultan.

Ia menambahkan, perang harga yang mengakibatkan mobil baru dijual dengan harga jauh lebih murah, turut memengaruhi harga jual kembali mobil di pasar mobil bekas.

Perang harga merek China berdampak pada OEM, vendor, dan pasar mobil bekas di Malaysia – Proton

"Contohnya, jika kendaraan Merek A awalnya dibeli dengan harga RM100.000 tetapi kemudian dijual dengan harga diskon RM80.000, hal itu akan berdampak signifikan pada penyusutan nilai kendaraan. Pasar tukar tambah juga akan terpengaruh sebagai akibatnya. Tren ini membuat pelanggan lebih cenderung membeli kendaraan baru, karena harganya lebih kompetitif dibandingkan dengan kendaraan bekas," jelas Roslan.

Ia menambahkan bahwa OEM lokal tidak dapat bersaing dalam perang harga dengan merek China karena biaya operasional yang lebih tinggi, termasuk biaya manufaktur, vendor, dan rantai pasokan. "OEM harus memastikan kelangsungan bisnis. Kami tidak dapat menurunkan harga terlalu banyak, tetapi kami dapat menawarkan diskon atau promosi, seperti potongan harga tunai dan paket aksesori, untuk membantu mengimbangi harga pasar," kata Roslan.

Dalam kasus Proton, Roslan mengatakan perusahaan tersebut mempekerjakan lebih dari 7.000 pekerja dan memiliki lebih dari 5.000 karyawan dalam jaringan penjualannya. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah yang cermat guna memastikan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. "Vendor berskala besar mungkin dapat bertahan hidup karena kemitraan mereka dengan merek lain. Namun, vendor berskala kecil yang bergantung pada satu merek akan terpengaruh," katanya.

Perang harga merek China berdampak pada OEM, vendor, dan pasar mobil bekas di Malaysia – Proton

Menurut Roslan, merek yang cenderung menawarkan harga lebih rendah adalah merek yang mendapatkan keuntungan dari model impor penuh (CBU) dan rakitan semi lokal (SKD) dengan kit yang didatangkan dari luar negeri, di mana mereka tidak membutuhkan investasi tinggi dibandingkan dengan OEM lokal seperti Proton.

"Investasi mereka di Malaysia masih minim, sehingga memungkinkan mereka menawarkan diskon signifikan karena biaya operasional yang lebih rendah. Namun, hal ini menciptakan tekanan jangka panjang pada perusahaan yang beroperasi di Malaysia," jelas Roslan.

"Meskipun investasi langsung asing merupakan target utama pemerintah, penting untuk meninjau situasi tersebut guna memastikan bahwa merek yang dirakit secara lokal (CKD) dengan pabrik dan jaringan vendor sendiri dapat tetap kompetitif," tambahnya.

(wbs)

Read Entire Article
Masyarakat | | | |