Tarif Trump Sebagai Wake-up Call, Prabowo Singgung Soal BRICS dan OECD

18 hours ago 3

loading...

Presiden Prabowo Subianto menyebut kebijakan tarif yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai sebuah wake-up call atau peringatan bagi Indonesia. Foto/Dok

JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menyebut kebijakan tarif yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai sebuah "wake-up call" atau peringatan bagi Indonesia untuk tidak terlalu bergantung pada satu pasar ekspor.Menurut Prabowo, kebijakan tarif Trump tersebut menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperluas kerja sama ekonomi ke berbagai negara dan blok perdagangan internasional.

Hal itu diungkapkan Prabowo pada sesi puncak Forbes Global CEO Conference 2025 bersama Chairman and Editor in Chief Forbes, Malcolm Stevenson Jr (Steve Forbes) di Hotel St Regis, Jakarta, Rabu (15/10/2025) malam.

"Bagi kami, ini adalah sebuah wake-up call, jadi saya katakan kepada tim saya dan saya akan bicara dengan para pebisnis, kita harus lebih efisien, kita harus lebih berani, kita harus lebih tidak selalu bergantung pada pasar yang mudah, oh Amerika Serikat, Amerika Serikat," kata Prabowo.

Baca Juga: Soal Data Pribadi RI Jadi Bahan Negosiasi Tarif Trump, Ini Respons Prabowo

Ia menegaskan, saat ini Indonesia telah memperkuat kemitraan melalui sejumlah perjanjian ekonomi seperti Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), Indonesia-Canada CEPA (ICA-CEPA), dan tengah dalam proses menjadi anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Selain itu, Indonesia juga telah resmi bergabung dengan blok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). "Kami juga bergabung dengan OECD, kami telah meminta untuk bergabung, kami telah bergabung dengan BRICS , jadi kami yakin bahwa kami harus berada di semua pasar yang kami bisa," ucap Prabowo.

Prabowo menekankan, sekalipun memperluas jangkauan global, pasar domestik tetap menjadi prioritas utama. Dengan jumlah penduduk hampir 300 juta jiwa, Ia menilai penguatan daya beli masyarakat akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Read Entire Article
Masyarakat | | | |