WANGBE - Suasana Kampung Wangbe pada Selasa (9/9/2025) tampak berbeda dari biasanya. Bukan sekadar aktivitas sehari-hari yang berlangsung, tetapi tawa, nyanyian, dan semangat belajar menggema dari balai kampung. Di tempat sederhana itu, prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 732/Banau Pos Wangbe hadir bukan dengan senjata, melainkan dengan buku, pensil, dan kata-kata penuh makna.
Dipimpin oleh Letda Inf Ramzy, personel TNI menggelar kegiatan belajar Bahasa Indonesia bersama warga. Peserta yang hadir tidak hanya anak-anak sekolah, tetapi juga para orang tua yang dengan penuh antusias ingin memperdalam kemampuan berbahasa. Suasana akrab tercipta sejak awal, ketika prajurit mulai memperkenalkan kosakata dasar, tata bahasa sederhana, hingga menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dan daerah.
“Bahasa Indonesia adalah jembatan persatuan. Dengan menguasainya, masyarakat Wangbe akan semakin mudah berkomunikasi dengan dunia luar, mendapat akses pendidikan, dan peluang yang lebih baik di masa depan, ” ungkap Danpos Wangbe, Lettu Inf Gery, usai kegiatan. Ia menegaskan bahwa program ini tidak akan berhenti di satu kesempatan saja, melainkan akan dijalankan secara berkelanjutan di berbagai pos yang menjadi tanggung jawab Satgas.
Kegiatan belajar itu berlangsung sederhana, namun sarat makna. Tawa anak-anak pecah ketika mereka dengan lantang menyebutkan kosakata baru, sementara para orang tua tampak serius menyalin kata-kata di buku tulis yang diberikan prajurit. Kehangatan yang terjalin menjadikan ruang belajar dadakan itu lebih mirip keluarga besar yang sedang berkumpul daripada sebuah kelas formal.
Antusiasme warga begitu terasa. Salah seorang tokoh masyarakat Wangbe menyampaikan rasa terima kasihnya kepada prajurit. “Selama ini anak-anak kami banyak yang kesulitan berbahasa Indonesia. Dengan kehadiran bapak-bapak TNI, mereka bisa belajar langsung dan termotivasi. Ini bukan hanya membantu anak-anak, tetapi juga membuka masa depan yang lebih baik bagi kami, ” ucapnya penuh haru.
Satgas Yonif 732/Banau berhasil membuktikan bahwa kehadiran mereka di Papua tidak hanya sebatas menjaga perbatasan, tetapi juga ikut membangun fondasi masa depan masyarakat melalui pendidikan dasar. Penguasaan Bahasa Indonesia menjadi modal penting agar generasi muda Papua mampu meraih kesempatan lebih luas dalam pendidikan maupun pekerjaan, sekaligus mempererat rasa cinta tanah air.
Dari sudut Wangbe yang jauh di pedalaman, kegiatan ini menjadi simbol bahwa semangat kebangsaan bisa ditanamkan melalui hal-hal sederhana. Bukan sekadar mengajarkan kata, tetapi juga menyulam persaudaraan, menyalakan harapan, dan merajut masa depan.
(PenSatgas Yonif 732/Banau/ Wartamiliter.com )