PPU - Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) menggandeng Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman untuk menghadirkan program pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang krusial di Kabupaten Penajam Paser Utara. Kegiatan yang bertajuk “Peningkatan Keahlian Kader Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara melalui Edukasi Keamanan Pangan dan Penggunaan Obat Tradisional untuk Menunjang Ibu Kota Negara” ini diselenggarakan di Balai Desa Argomulyo, Kecamatan Sepaku, pada Sabtu (4/10/2025). Misi utamanya adalah mendukung pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dari sisi kesehatan masyarakat yang lebih kuat.
Sebanyak 50 kader kesehatan antusias mengikuti pelatihan ini. Sebelumnya, tim pengabdian telah melakukan survei awal untuk memetakan tingkat pemahaman masyarakat terkait keamanan pangan dan pemanfaatan herbal. Kepala Desa Argo Mulyo, Sukesi, membuka acara dengan sambutan hangat, diikuti oleh Kepala UPTD Puskesmas Sepaku Tiga Momentum, Setyaji, S.KM., M.Kes.
“Program pengabdian masyarakat ini menjadi momentum yang tepat, terlebih berkaitan dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Makan Bergizi Gratis (MBG). Tentu dibutuhkan edukasi terkait keamanan pangan. Alhamdulillah, pihak akademisi berkenan hadir langsung ke Sepaku, ” ujar Sukesi.
Sesi berlanjut ke penyampaian materi mendalam, lokakarya praktis mengenai pemanfaatan obat tradisional yang aman dan efektif, serta telaah kritis mengenai keamanan pangan. Evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan pemahaman para kader. Sebagai bekal, setiap peserta menerima buku panduan praktis bertajuk “Kader Kesehatan Mitra Apoteker”.
Mengutip data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional menunjukkan perlambatan penurunan, hanya 0, 8?ri tahun sebelumnya, jauh dari target 14% pada 2025. Di Kecamatan Sepaku, angka stunting mengkhawatirkan, mencapai hampir 25% anak. Hal ini memicu urgensi program semacam ini.
“Ketahanan pangan keluarga tidak hanya soal ketersediaan dan aksesibilitas, tetapi termasuk juga cara pengolahan, penyimpanan, serta konsumsi pangan yang aman dan bergizi, ” tegas Prof. Dr.rer.nat. apt. Sophi Damayanti, M.Si., ketua tim pengabdian dari Sekolah Farmasi ITB. Ia menambahkan bahwa kontaminasi pangan akibat pestisida, logam berat, mikroorganisme patogen, atau bahan tambahan ilegal dapat memperparah status gizi anak. Pemanfaatan pangan fungsional berbasis herbal, menurutnya, berpotensi besar menjadi solusi nutrisi tambahan.
“Indonesia kaya tanaman berkhasiat seperti kelor, temulawak, dan kunyit yang terbukti meningkatkan status gizi dan imunitas. Peranan apoteker bersama kader kesehatan penting untuk karena mereka dapat menjadi perpanjangan tangan apoteker dalam edukasi masyarakat, ” jelas Prof. Sophi.
Apt. Defri Rizaldy, Ph.D., turut menekankan potensi sumber daya alam Indonesia sebagai obat tradisional dan pangan fungsional. Ia menyoroti daun katuk yang kaya protein, vitamin, dan mineral, berdasarkan berbagai penelitian. Kolaborasi ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat lokal.
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman menyambut baik inisiatif ini. Dr. apt. Gayuk Kalih Prasesti menjelaskan bahwa Kalimantan Timur memiliki target percepatan penurunan stunting melalui program Seleksi Dampingan Aksi (SIDAK), memprioritaskan keluarga berisiko tinggi. “Kegiatan edukasi seperti ini sangat relevan, terutama karena Kalimantan Timur masih minim industri herbal meski memiliki potensi besar sumber daya alam lokal, ” ungkap Dr. Gayuk.
Program ini merupakan kelanjutan dari komitmen Sekolah Farmasi ITB sejak 2018 dalam melatih kader kesehatan di berbagai daerah di Indonesia. Harapannya, jangkauan program ini dapat meluas ke seluruh nusantara, sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam mempromosikan kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, serta kemitraan global. (PERS)