Cerita Raja Majapahit Tarik Upeti dari Rakyat untuk Bangun Istana Megah dan Pesta Besar-besaran

6 hours ago 3

loading...

Raja Majapahit menarik upeti dari rakyat untuk membangun Istana megah dan pesta besar-besaran untuk menunjukkan kemakmuran dan keagungan kerajaan. Foto/SindoNews

SEMARANG - Kerajaan Majapahit mengumpulkan pajak-pajak dari daerah ke pusat. Pajak-pajak itu dikirimkan melalui pegawai pajak khusus dan pendeta - pendeta yang dikirim Majapahit ke daerah seberang untuk menarik upeti pajak. Cara ini dijelaskan pada Kakawin Nagarakretagama Pupuh 15.

Saat menjalankan tugas itu, para pegawai dan para pendeta dilarang keras mencari untung demi kepentingannya sendiri. Maksudnya, agar jangan sampai tugas negara itu dilalaikan. Mungkin sekali perjalanan mereka ke daerah-daerah dikawal oleh angkatan laut, sehingga keamanan mereka terjamin dan pengumpulan upeti berjalan lancar, karena pembesar daerah takut kepadanya.

Di samping mengumpulkan upeti, mereka membuat laporan tentang keadaan tempat-tempat yang mereka kunjungi. Dengan jalan demikian, pemerintahan pusat mengetahui seluk-beluk keadaan daerah. Boleh dipastikan bahwa Prapanca sebagai Dharmmadyaksa Kasogatan memanfaatkan laporan-laporan para pendeta yang pernah berkunjung ke daerah-daerah, sehingga pengetahuannya tentang keadaan daerah, baik di seberang maupun di Jawa, sangat luas lagi mendalam.

Sejarawan Prof. Slamet Muljana, pada bukunya berjudul "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" yang dikutip SindoNews, Selasa (29/4/2025) menuturkan, bagaimana harta benda persembahan upeti diserahkan kepada pemerintah pusat, terutama dimasukkan sebagai harta kekayaan raja untuk membiayai segala macam pengeluaran istana.

Oleh karena itu, tidak mengherankan raja dapat membangun istana dan gedung-gedung para pembesar seperti diuraikan dalam pupuh 8-13, dan membuat pesta besar-besaran, baik demi kepentingan pribadi keluarga raja maupun demi perayaan-perayaan sepanjang tahun, di mana rakyat juga ikut menikmati.

Segala-galanya serba besar lagi mewah untuk menunjukkan keagungan kerajaan, yang memang subur makmur. Kekayaan raja berupa abdi, harta, kereta, gajah, dan kuda dikatakan berlimpah-limpah bagai samudera. Perluasan wilayah juga membawa akibat peningkatan hubungan dagang antara pusat dan daerah.

Pelabuhan Tuban, Gresik, dan Surabaya ramai dikunjungi pedagang dari daerah dan negara-negara asing tetangga. Ma Huan, pedagang Cina yang juga mengunjungi Majapahit pada 1413 setelah Majapahit mengalami kemunduran berkata bahwa, pelabuhan-pelabuhan itu banyak didiami oleh pedagang Cina dan asli, yang kaya-kaya. Segala macam barang dagangan banyak diperjualbelikan di situ. Mutu manikam dan barang-barang buatan luar negeri banyak diborong oleh pedagang asli dalam jumlah besar.

(cip)

Read Entire Article
Masyarakat | | | |