Bos Raksasa Minuman Jepang: Tarif Trump Seret Dunia ke Jurang Resesi

4 hours ago 2

loading...

Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinilai dapat mendorong terjadinya resesi global. FOTO/iStock Photo

JAKARTA - Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinilai dapat mendorong terjadinya resesi global dan menggerus minat investasi di ekonomi terbesar dunia. Hal tersebut disampaikan oleh Takeshi Niinami, CEO sekaligus Ketua Suntory Holdings Ltd., salah satu produsen minuman terbesar di Jepang.

"Situasi tarif saat ini membuat negara lain kehilangan selera terhadap Amerika Serikat. Ini benar-benar membunuh nafsu makan dunia," ujar Niinami dalam wawancara dengan Bloomberg TV pada Selasa (22/4/2025). "Situasinya sangat memprihatinkan," tambahnya.

Pernyataan tersebut disampaikan di tengah upaya Pemerintah Jepang untuk merundingkan kebijakan tarif AS yang kian agresif. Jepang tengah mencari cara untuk menghindari tarif sebesar 24% secara menyeluruh, serta upaya mendapatkan pengecualian dari pungutan tambahan yang sudah diberlakukan.

Tokyo saat ini sedang menyusun strategi untuk memasuki putaran kedua negosiasi dengan Washington, setelah perundingan awal digelar pekan lalu. Langkah Trump dalam mereformasi kebijakan perdagangan global telah menciptakan ketidakstabilan pasar dan memicu kekhawatiran akan potensi resesi di Amerika Serikat.

"Kepercayaan konsumen sangat menurun," kata Niinami. "Masyarakat kini tidak lagi membelanjakan uang mereka untuk produk premium, melainkan lebih memilih pengeluaran dasar di tengah ketidakpastian ekonomi."

Lebih lanjut, ia memperingatkan bahwa jika tren ini terus berlanjut, banyak perusahaan akan mengalihkan fokus investasinya ke negara-negara lain seperti India dan Indonesia.

Niinami yang juga merupakan penasihat ekonomi senior untuk kantor Perdana Menteri Jepang serta Ketua Asosiasi Eksekutif Perusahaan Jepang kelompok lobi bisnis terbesar di negara tersebut menegaskan bahwa dampak kebijakan tarif AS tidak hanya terasa secara global, tetapi juga berpotensi menekan ekonomi domestik Jepang. "Dampaknya bisa mengurangi Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang sebanyak 1% hingga 1,2%," ujarnya.

(nng)

Read Entire Article
Masyarakat | | | |