BANTEN - Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Sayuti, Ph.D., menyuarakan keprihatinannya terhadap fenomena sejumlah pegawai di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang terkesan enggan terlibat aktif dalam kegiatan persyarikatan. Ia menilai, sikap ini mencerminkan adanya kelalaian dari pihak pimpinan AUM dalam menanamkan ideologi dan melakukan pembinaan yang memadai.
"Itu salah pimpinannya (AUM), kenapa bisa terjadi. Kenapa tidak melakukan training?" tegas Sayuti saat menjadi narasumber dalam Pelatihan Manajemen Reputasi Digital Organisasi Zona II (Wilayah Barat) di Narita Hotel, Tangerang, Banten, pada Jumat (29/8/2025). Pelatihan ini dijadwalkan berlangsung hingga 31 Agustus 2025.
Sayuti berpandangan bahwa sikap pegawai yang bekerja di lingkungan Muhammadiyah namun tidak menunjukkan komitmen pada persyarikatan adalah tindakan yang keliru dan menyalahi aturan organisasi. Ia menyoroti adanya sebagian pegawai yang telah lama berkarier dan mencari nafkah di Muhammadiyah hingga masa pensiun, namun belum pernah benar-benar mendalami nilai-nilai ideologi Muhammadiyah.
"Saya tahu betul masalah ini karena bertahun-tahun saya berkecimpung di Majelis Dikti, " ungkapnya, memberikan bobot pada pengalamannya.
Lebih lanjut, Sayuti menekankan upaya PP Muhammadiyah yang kini gencar menyelenggarakan pelatihan demi peningkatan kapasitas dan keterampilan para pimpinan, baik di tingkat wilayah maupun daerah. Hal ini krusial untuk menjaga marwah dan reputasi Muhammadiyah.
"Bagaimana mau memimpin PWM atau PDM kalau tidak punya skill? Reputasi harus dijaga, " ujarnya, menggarisbawahi pentingnya kompetensi kepemimpinan.
Ia juga menyoroti minimnya penyegaran ideologis di internal AUM, yang menurutnya disebabkan oleh kelalaian pimpinan dalam menanamkan ideologi Muhammadiyah secara serius. Padahal, nilai-nilai ideologis adalah fondasi utama kekuatan persyarikatan.
"PR besarnya menjaga reputasi Muhammadiyah jangan sampai turun. Baca kembali tanfidz keputusan muktamar. Nilai ideologis itu inti dari inti, " tegasnya.
Dalam paparannya, Sayuti juga merujuk pada amanat Muktamar ke-48 yang menekankan urgensi reformasi organisasi dan digitalisasi sistem tata kelola untuk mewujudkan Muhammadiyah yang profesional, maju, dan modern. Untuk mengukur efektivitas organisasi, ia merekomendasikan penggunaan model McKinsey 7S yang mencakup strategi, struktur, sistem, nilai ideologis, keterampilan, gaya kepemimpinan, dan sumber daya manusia.
Sayuti turut mengingatkan kembali semangat KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yang tak pernah lelah mengajak murid-muridnya mendalami Al-Ma’un, meskipun terkadang dianggap membosankan oleh sebagian orang. Keteladanan ini, menurutnya, menjadi pengingat akan pentingnya konsistensi dalam menghidupkan pengajian dan menanamkan ideologi Muhammadiyah secara berkelanjutan. (Muhammadiyah)