TEMANGGUNG - Di sela-sela deru mesin dan denting alat bangunan di Desa Banaran, Kecamatan Tembarak, sebuah pemandangan sederhana namun sarat makna terjadi di atas jembatan kecil, tepat di titik awal pengecoran jalan TMMD Reguler ke-125 Tahun Anggaran 2025. Sabtu pagi (26/07/2025), sekelompok prajurit TNI dari Satgas TMMD duduk melingkar bersama warga. Bukan untuk rapat atau apel, melainkan berbagi cerita ditemani aroma khas tembakau lokal yang hangat.
Mas Zen, salah satu warga setempat, tampak lihai menggulung tembakau racikan khas Temanggung. Ia menyodorkan sebatang lintingan kepada Sertu Sardiyanto, personel Satgas TMMD yang duduk bersamanya. Dalam suasana santai di bawah rindangnya pohon, obrolan mengalir tanpa sekat, tanpa protokol.
“Beginilah kami menyambung rasa. Dari lintingan tembakau, lahir percakapan jujur dari hati, ” ujar Mas Zen sambil terus meracik lintingan baru, seolah ritual ini telah menjadi bagian dari tradisi menyambut tamu.
Sertu Sardiyanto pun mengakui, kegiatan seperti ini jauh lebih dari sekadar istirahat di sela kerja. “Melalui suasana santai seperti ini, kami bisa menyerap banyak hal dari masyarakat. Harapan mereka, keluhan mereka, bahkan potensi-potensi desa yang belum tergali, ” ucapnya sambil tersenyum, menikmati tembakau yang dikenal sebagai emas hijau Temanggung.
Tembakau: Bukan Sekadar Daun, Tapi Bahasa Sosial
Tembakau bagi masyarakat Temanggung bukan hanya hasil pertanian utama, tetapi juga simbol budaya dan cara berkomunikasi. Melalui sebatang lintingan, tercipta ruang dialog yang membumi, jujur, dan penuh kekeluargaan. Inilah kekuatan kultural yang dimanfaatkan Satgas TMMD sebagai strategi komunikasi sosial (komsos) menjembatani hubungan antara TNI dan masyarakat tanpa perlu podium atau mikrofon.
Bagi TNI, kegiatan seperti ini adalah bentuk nyata pendekatan humanis. Tidak hanya hadir sebagai pelaksana pembangunan fisik, tetapi juga menyatu dalam kehidupan sosial warga.
“TMMD ini bukan semata soal jalan beton. Ini soal menyatukan langkah, menyamakan rasa, agar pembangunan benar-benar berangkat dari kebutuhan dan harapan warga, ” jelas Sertu Sardiyanto.
TMMD 125: Membangun Jalan, Merawat Kehidupan Sosial
Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-125 di Desa Banaran mencakup pembangunan jalan beton sepanjang ratusan meter. Jalan ini diharapkan dapat membuka akses ekonomi dan mempermudah mobilitas warga. Namun, sebagaimana semangat TMMD selama ini, pembangunan fisik hanyalah satu sisi dari misi besar: menyatukan kekuatan rakyat dan TNI dalam satu semangat gotong royong.
Percakapan di bawah pohon, lintingan tembakau yang dibagi dengan tangan terbuka, dan canda tawa yang muncul di tengah kelelahan adalah potret keberhasilan TMMD dalam menyatu dengan masyarakat.
Dari Jembatan ke Harapan
Di jembatan kecil itu, bukan hanya jalan yang sedang dibangun. Kepercayaan juga sedang dibentuk. Ketika TNI duduk bersama, menyimak cerita warga tanpa jarak, maka terbangun rasa memiliki. Warga tak lagi melihat TNI sebagai pihak luar, tetapi sebagai mitra, bahkan saudara.
Inilah esensi dari TMMD membangun bukan hanya dengan semen dan batu, tetapi juga dengan komunikasi, kebersamaan, dan kepercayaan. Dan siapa sangka, sejumput tembakau lokal bisa menjadi kunci pembuka bagi pembangunan yang lebih manusiawi.
Dari daun yang digulung menjadi lintingan, lahirlah cerita yang membumi. Dari cerita, tumbuh hubungan yang menguatkan. Dan dari hubungan itulah, desa dan bangsa ini dibangun bersama.
Sumber: Pendim 0706/Temanggung