Deplu AS Setujui Penjualan Peralatan Senilai Rp5 Triliun untuk F-16 ke Ukraina

14 hours ago 3

loading...

F-16 ditarik dari tempat penyimpanan AS dan dikirim ke Ukraina. Foto/Staff Sgt. Desiree N. Palacios

WASHINGTON - Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) mengesahkan penjualan potensial senilai USD310,5 juta (Rp5 triliun) untuk pelatihan, pemeliharaan, dan peralatan terkait untuk jet tempur F-16 kepada pemerintah Ukraina.

Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DSCA) Pentagon mengatakan hal itu pada hari Jumat (2/5/2025).

"Departemen Luar Negeri telah membuat keputusan yang menyetujui kemungkinan Penjualan Militer Asing kepada Pemerintah Ukraina untuk Pelatihan dan Pemeliharaan F-16 dan peralatan terkait dengan perkiraan biaya USD310,5 juta," ungkap DSCA dalam siaran pers.

Potensi tersebut akan mencakup modifikasi dan peningkatan pesawat, pelatihan personel, suku cadang, barang habis pakai dan aksesori, peralatan penanganan darat, dan dokumentasi, menurut siaran tersebut.

The War Zone melaporkan pada hari Kamis bahwa Amerika Serikat telah mengirim jet tempur F-16 yang sudah tidak digunakan lagi dari tempat penyimpanan pesawat ke Ukraina, di mana jet-jet tersebut akan digunakan sebagai suku cadang untuk jet yang dipasok Eropa.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan kembali bahwa F-16 di Ukraina "tidak akan mengubah situasi di medan perang," dan memperingatkan peluncuran pesawat dari negara ketiga akan menjadikan negara ketiga sebagai target yang sah bagi Rusia.

Sputnik bertanya kepada salah satu pakar penerbangan militer Rusia tentang peralatan yang dimiliki Moskow untuk melawan jet AS.

“Rusia akan menghancurkan F-16 seperti kita menghancurkan tank, kendaraan lapis baja, dan peralatan lainnya, termasuk beberapa peluncur roket," ungkap Vladimir Putin kepada para pilot militer Rusia selama perjalanan kerja ke wilayah Tver.

Menunjuk pada kemampuan F-16 untuk membawa senjata nuklir, Putin memperingatkan, “Rusia harus mempertimbangkan hal ini saat merencanakan operasi tempur.”

Ukraina berharap mendapatkan setengah lusin pertama dari 45 atau lebih F-16 yang dijanjikan pada bulan Juli, dengan pengiriman yang tertunda karena kelebihan waktu pelatihan pilot dan kesulitan menemukan pangkalan yang cocok untuk mereka (yang telah mulai dibom terlebih dahulu oleh Rusia).

Read Entire Article
Masyarakat | | | |