TEMANGGUNG - Usianya telah menyentuh 83 tahun. Tubuh renta dan langkah yang tak lagi tegap tak membuat Mbah Ngadenan kehilangan semangat untuk ikut serta dalam pembangunan desanya. Dari sebuah kursi kayu tua di teras rumah sederhana miliknya di Desa Banaran, Kecamatan Tembarak, sosok sepuh ini menjadi saksi dan penyemangat di balik pelaksanaan TMMD Reguler ke-125 Tahun Anggaran 2025 yang digelar Kodim 0706/Temanggung. Senin 28 Juli 2025.
Meski tidak lagi mampu bergabung dalam kerja bakti atau mengangkat peralatan, Mbah Ngadenan selalu hadir setiap pagi dengan senyum ramah, lambaian tangan, dan doa tulus bagi para prajurit Satgas TMMD yang melintas di depan rumahnya.
“Saya memang sudah tua, tidak bisa bantu tenaga. Tapi saya selalu mendoakan agar bapak-bapak TNI sehat dan selamat membangun jalan ini. Jalan ini penting sekali untuk warga dan anak cucu kami nanti, ” tutur Mbah Ngadenan dengan suara lirih, namun penuh semangat.
Kehadirannya di tepi jalan yang sedang dibangun menjadikan dirinya simbol kuat dari semangat gotong royong yang tak lekang oleh usia atau kondisi fisik. Bagi warga dan Satgas TMMD, Mbah Ngadenan bukan sekadar penonton, melainkan penyemangat yang menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap batu yang disusun dan setiap semen yang diaduk.
Salah satu anggota Satgas, Koptu Larudi, bahkan kerap singgah sejenak di rumah Mbah Ngadenan, sekadar untuk menyapa atau mendengar cerita-cerita masa lalu dari sang sesepuh. “Beliau selalu menyambut kami dengan senyum dan cerita hangat. Semangat seperti inilah yang menjadi energi bagi kami di lapangan. Kami merasa dihargai, didoakan, dan didukung dengan tulus, ” ungkapnya.
Mbah Ngadenan menjadi bukti bahwa dukungan terhadap pembangunan tak harus selalu diwujudkan dalam bentuk tenaga atau materi. Terkadang, sebuah senyuman dan ketulusan hati sudah cukup untuk menguatkan langkah orang lain dalam bekerja demi kemajuan desa.
TMMD di Banaran kali ini bukan hanya bicara tentang jalan dan bangunan, tapi tentang membangun hubungan, nilai, dan semangat bersama. Dari teras rumah yang sederhana itu, Mbah Ngadenan mengajarkan bahwa usia bukanlah batas untuk terus berkontribusi.
Dan dari setiap doa yang ia panjatkan, harapan untuk desa yang lebih maju tumbuh menyatu dalam semangat kolektif membangun Indonesia dari pinggiran.
Penulis: Pendim 0706/Temanggung