loading...
Para pemasar dan distributor minyak di Nigeria, sebagai anggota baru BRICS telah menolak mata uang lokal untuk pembayaran minyak. FOTO/iStock
JAKARTA - Tidak semua negara sejalan dengan agenda BRICS mengganti dolar AS dengan mata uang lokal untuk transaksi minyak. Penyelesaian pembayaran minyak dalam mata uang lokal menimbulkan risiko signifikan yang dapat memengaruhi cadangan devisa suatu negara.
Pembayaran minyak secara historis dibayar dalam dolar AS karena mata uang ini mengontrol aliran global dalam sektor minyak. Bahkan Arab Saudi, yang mengumumkan akan menerima mata uang lokal untuk pembayaran minyak, hanya menerima dolar AS untuk transaksi.
Hanya beberapa perdagangan yang telah diselesaikan dalam mata uang lokal, sementara sebagian besar didukung oleh greenback. BRICS merasa kesulitan untuk meyakinkan negara-negara lain untuk menggunakan mata uang lokal untuk perdagangan minyak dan bukan dolar AS.
Para pemasar dan distributor minyak di Nigeria, sebagai anggota baru BRICS telah menolak mata uang lokal untuk minyak dan memilih dolar AS sebagai gantinya. Kerangka kerja transaksi Naira untuk minyak mentah Nigeria yang ditetapkan oleh pemerintah tidak disukai oleh serikat pekerja.
Sekretaris Eksekutif DAPPMAN Olufemi Adewole, memperingatkan bahwa kerangka kerja ini dapat mengacaukan industri minyak dan menghambat devisa. Mereka menolak gagasan BRICS untuk menggunakan mata uang lokal untuk minyak dengan alasan bahwa investasi asing langsung (FDI) dapat mengalami penurunan tanpa dolar AS.
"Kerangka kerja transaksi naira untuk minyak mentah menghadirkan risiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi stabilitas devisa Nigeria dan menghalangi investasi asing langsung," ujar dia, dikutip dari Watcher Guru, Selasa (1/4/2025).
"Pasar minyak global beroperasi dalam dolar AS karena stabilitasnya. Melanjutkan kebijakan ini (Naira untuk minyak mentah) dapat mengasingkan mitra dagang dan investor yang bergantung pada prediktabilitas dolar," tandas dia.
Nigeria, yang ingin bergabung dengan BRICS menentang prinsip penggunaan mata uang lokal untuk minyak dan membutuhkan dolar AS. Negara-negara berkembang sekarang menjauhkan diri dari agenda dedolarisasi karena tidak memiliki fondasi yang lebih kuat.
(nng)