Kisah Raden Wijaya Selamat dari Pembunuhan Pasukan Kediri Akibat Tanah Persawahan

10 hours ago 5

loading...

Raden Wijaya selamat dari kejaran tentara Jayakatwang dari Kerajaan Kediri. Foto/SindoNews

SEMARANG - Raden Wijaya selamat dari kejaran tentara Jayakatwang dari Kerajaan Kediri . Ia awalnya diminta oleh mertuanya yang juga Raja Singasari bernama Kertanagara melakukan perlawanan ke Jayakatwang. Tapi karena usianya yang masih muda dan kurangnya pasukan membuat perlawanan itu sia-sia.

Raden Wijaya yang berangkat berperang dari Istana Singasari menuju ke uțara di daerah Mameling. Keberangkatan ini konon juga karena informasi warga Tumapel atau Singasari, yang mengungsi akibat ulah serangan pasukan Jayakatwang ini.

Para warga ini datang menangis dan ada yang luka parah, bahkan hingga harus digendong karena serangan musuh dari tentara Kediri di bawah Jayakatwang. Raden Wijaya pun berangkat ke utara, sesaat kemudian Patih Kebo Anengah diminta Kertanagara menyusul menantunya itu. Namun tindakan itu sempat diperingatkan oleh pejabat istana Adhyaksa Raganata dan Mantri Angabaya Wirakreti.

Baca Juga

Kerajaan Kediri dan Singasari Kembali Bersatu usai Pemberontakan dan Perkawinan Politik Penuh Intrik

Namun tindakan penyerangan Kediri dari utara hanyalah siasat belaka. Dari sisi selatan pasukan Kediri lebih banyak menggempur hingga akhirnya merebut istana. Seluruh pejabat istana tewas, termasuk Kertanagara dan istrinya, sedangkan anak-anaknya ditawan oleh tentara Kediri. Raden Wijaya yang berhasil meraih kemenangan pada pertempuran melawan pasukan Jayakatwang di utara begitu terkejut ketika kembali ke ibu kota.

Prof. Slamet Muljana pada bukunya "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit" dikutip SindoNews, Minggu (23/2/2025) mengisahkan di perbatasan kota mendengar sorak sorai tentara musuh menguasai istana dan membunuh pejabat Istana Singasari.

Baca Juga

Putri Raja Singasari Ini Selamat dari Pembantaian karena Menyamar saat Ditawan Jayakatwang

Tentara di bawah komando Raden Wijaya dan Kebo Anengah ini sempat menyerbu dan mengadakan perlawanan. Tetapi akhirnya terpaksa mundur karena kalah jumlah pasukan dengan Kediri. Bahkan Raden Wijaya justru dikejar - kejar oleh Patih Daha Kebo Mundarang. Tentara Singasari yang tersisa pun terpukul mundur.

Raden Wijaya dengan pengikutnya, yakni Lembu Sores, Gadjah Pagon, Medang Dangdi, Malusa Wagal, Nambi, Banyak Kapuk, Kebo Kapetengan, Wirota Wiragati dan Pamandana lari melintasi sawah yang baru terbajak, dikejar tentara musuh. Ketika hampir tertangkap oleh patih Kediri, Kebo Mundarang, Raden Wijaya menendang tanah bajakan.

Tanah itu pun terlempar jatuh di atas dada dan dahi Sang Patih hingga membuat pengelihatannya terhalang. Momen itulah yang dimanfaatkan oleh Raden Wijaya dan pengikutnya lari dari kejaran tentara musuh. Raden Wijaya pun yang telah berhadap-hadapan dengan pasukan lawan pun selamat, yang nyaris merenggut nyawanya jika tertangkap.

Setelah sekadar beristirahat, ia lalu berganti pakaian. Sementara itu ia membagi-bagi cawat geringsing kepada para pengikutnya. Bangkitlah semangat baru untuk melanjutkan perjuangannya. Mereka percaya bahwa mereka akan menang.

Demikianlah pada sore harinya, ketika tentara musuh sedang bersuka ria pesta di pura Singasari, mereka dikepung dan diserang oleh tentara Singasari di bawah pimpinan Raden Wijaya. Dari kedua belah pihak banyak yang gugur. Dua putri Kertanagara yakni Tribhuwana Wijayatunggadewi dan Gayatri tertangkap oleh musuh dan dibawa ke Kediri.

Pasukan sisa Singasari di bawah Raden Wijaya pun akhirnya memutuskan untuk keluar kota demi menghindari kejaran musuh kembali. Pasukan sisa itu ke utara melarikan diri ke Sumenep dengan tujuan meminta perlindungan Arya Wiraraja, bupati di wilayah itu.

(cip)

Read Entire Article
Masyarakat | | | |