KABAENA, SULAWESI TENGGARA – Harapan itu masih menyala di tengah gelapnya ketidakpastian. Sejak PT Tonia Mitra Sejahtera (TMS) menghentikan operasionalnya, Pulau Kabaena seperti kehilangan napas. Aktivitas ekonomi tersendat, lapangan kerja menghilang, dan ratusan usaha kecil terancam gulung tikar.
Kini, masyarakat Kabaena bersuara. Mereka tidak hanya meminta, tapi memohon agar PT TMS kembali beroperasi. Bagi mereka, keberadaan perusahaan tambang itu bukan sekadar industri, tapi denyut kehidupan.
“Warung kami sepi, pemasukan nyaris tidak ada. Sejak TMS berhenti, semua seperti mati suri, ” ungkap Herlina, pemilik warung di Desa Baliara yang omzetnya kini turun lebih dari separuh.
Bukan hanya para pekerja yang terdampak. Pemerintah daerah pun kehilangan pendapatan dari pajak, retribusi, hingga kontribusi CSR yang sebelumnya menopang layanan sosial dan pembangunan desa. Satu keputusan—penghentian operasional—telah merembet ke semua sendi kehidupan.
Masyarakat butuh kejelasan. Bukan wacana, tapi solusi.
Kondisi ini kian rawan jika dibiarkan: angka pengangguran meningkat, daya beli anjlok, dan ancaman migrasi keluar daerah pun mulai terasa. Beberapa warga bahkan mulai meninggalkan pulau demi mencari nafkah di tempat lain.
“Kalau terus begini, kami akan pergi. Tidak ada pilihan lain, ” ujar seorang pemuda yang sebelumnya bekerja di sektor jasa pendukung tambang.
Harapan kini ditujukan pada dua pihak utama: PT TMS agar segera membuka kembali operasionalnya, dan pemerintah—baik daerah maupun pusat—agar hadir sebagai fasilitator dialog. Bila ada kendala perizinan, lingkungan, atau administratif, masyarakat percaya itu bisa diselesaikan secara bertanggung jawab melalui musyawarah dan pendampingan yang adil.
Tokoh masyarakat Kabaena Tengah menegaskan, “Kami tidak ingin konflik. Kami hanya ingin hidup. Jangan biarkan rakyat menanggung beban dari keputusan yang mereka tak pahami.”
Kehadiran PT TMS selama ini telah menjadi penggerak roda ekonomi di Kabaena. Dari lapangan kerja, UMKM, hingga kontribusi sosial—semuanya berperan besar dalam menopang kesejahteraan masyarakat. Kini, tanpa itu semua, Kabaena lumpuh.
Kembalinya PT TMS bukan lagi harapan kosong. Ini teriakan kolektif masyarakat yang butuh kepastian, keadilan, dan masa depan.