Dua Saudara Tua: Sinergi Indonesia-Malaysia di KTT ASEAN Plus

3 hours ago 2

loading...

Khairi Fuady, Co-Founder Indonesia South-South Foundation. Foto/Istimewa

Khairi Fuady
Co-Founder Indonesia South-South Foundation

BULAN lalu, Presiden Prabowo Subianto menerima panggilan telepon dari Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Utama Haji Anwar Ibrahim. Keduanya membahas rencana Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang akan digelar di Malaysia pada bulan ini.

Panggilan ini tampaknya bukan sekadar basa-basi diplomatik, melainkan cerminan dari semangat kolaborasi dua pemimpin kawasan yang tengah menavigasi dunia di tengah badai geopolitik dan ekonomi global.

Menariknya, KTT ASEAN tahun ini bukanlah perhelatan biasa. Selain melibatkan negara-negara anggota ASEAN, forum ini juga mengundang China serta negara-negara Teluk yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC).

Format ini, yang dikenal sebagai KTT ASEAN Plus, menandakan langkah berani untuk memperluas cakrawala diplomasi kawasan. Ini bisa menjadi bukan sekadar ajang seremonial, melainkan panggung strategis untuk merajut kemitraan baru di tengah ketidakpastian global.

Gejolak Global dan Urgensi Diversifikasi Pasar

Dunia saat ini sedang limbung. Perang tarif, retaliasi ekonomi, dan polarisasi geopolitik telah menciptakan ketidakpastian pasar yang mengguncang banyak negara. Teori ekonomi modern, khususnya konsep diversifikasi pasar yang dikembangkan oleh ekonom seperti Harry Markowitz, menegaskan bahwa mengurangi ketergantungan pada satu pasar atau mitra dagang adalah kunci untuk memitigasi risiko.

Dalam konteks ini, ASEAN, dengan posisinya yang strategis di persimpangan perdagangan global, memiliki peluang emas untuk memperkuat kemitraan dengan berbagai blok ekonomi—dari China yang sedang naik daun hingga negara-negara Teluk yang kaya energi. Di tengah pusaran polarisasi global, ASEAN tidak bisa lagi bertumpu pada satu kekuatan besar, baik itu “Uncle Sam” Amerika Serikat, Rusia dengan ambisi geopolitiknya, maupun China dengan pengaruh ekonomi yang masif.

Ketergantungan berlebihan pada satu pihak hanya akan membuat negara-negara ASEAN menjadi pion di papan catur global. Sebaliknya, ASEAN harus tampil sebagai aktor independen dengan determinasi kuat, namun tetap terbuka untuk menjalin persahabatan lintas benua. Di sinilah peran Prabowo Subianto dan Anwar Ibrahim menjadi krusial.

Tiki-Taka Diplomasi Prabowo-Anwar Ibrahim

Prabowo dan Anwar Ibrahim adalah dua saudara senior dalam politik kawasan yang memiliki modal unik untuk memainkan tiki-taka diplomatik yang strategis. Prabowo, dengan latar belakang militer dan jaringan luas di kalangan elite global, diharapkan bisa menjadi deal maker yang ulung.

Pengalamannya sebagai Menteri Pertahanan dan koneksi dengan kekuatan militer kawasan menjadikannya figur yang disegani untuk memperkuat posisi ASEAN dalam isu-isu keamanan regional. Di sisi lain, Anwar Ibrahim adalah sosok yang cukup diperhitungkan di dunia Islam.

Read Entire Article
Masyarakat | | | |