Dari Tanah Dugu-Dugu untuk Negeri: Saat TNI dan Rakyat Papua Menyatukan Tangan, Membangun Harapan di Wano Barat

18 hours ago 4

PAPUA - Di antara dinginnya udara pegunungan Wano Barat, kehangatan manusia justru terasa membara. Di sebuah kampung bernama Dugu-Dugu, suara palu dan tawa berpadu menjadi satu irama persaudaraan. Prajurit Satgas Yonif 408/Suhbrastha (Sbh) dan warga setempat bergandengan tangan membangun Pos Keamanan TNI, bukan sekadar untuk menjaga wilayah, tetapi juga menjaga asa dan kedamaian di Tanah Papua. Sabtu (1/11/2025).

Di bawah sinar matahari yang lembut menembus kabut pagi, puluhan warga bersama prajurit TNI mengangkat balok, memahat bambu, dan merangkai atap dengan semangat yang nyaris tak bisa diungkap dengan kata. Setiap tetes keringat bukan hanya tanda kerja keras, melainkan simbol cinta terhadap tanah kelahiran mereka.

“Pos ini bukan hanya bangunan. Ia adalah simbol persaudaraan. Dibangun dengan tangan dan hati rakyat Papua bersama TNI, ” tutur Kapten Inf Nur Ikhsan, Danpos Wamitu, dengan mata berbinar menyaksikan warga yang bekerja tanpa lelah.

“Kami sangat berterima kasih kepada masyarakat Dugu-Dugu. Mereka tidak hanya membantu secara fisik, tapi juga memberikan semangat luar biasa. Pos ini milik kita semua simbol keamanan, persatuan, dan cinta tanah air, ” ujarnya dengan nada penuh haru.

Bagi masyarakat Dugu-Dugu, kehadiran prajurit bukan ancaman, melainkan pengayom. Mereka merasa tidak lagi berjalan sendiri di tengah tantangan hidup di pedalaman.

Herinus Tabuni, tokoh masyarakat setempat, menuturkan rasa syukurnya dengan suara bergetar namun penuh semangat.

“Kami senang sekali bantu Bapak-Bapak TNI. Mereka datang bukan untuk memerintah, tapi bekerja bersama kami. Pos ini nanti untuk jaga semua orang di kampung ini. Kami merasa aman, kami merasa punya saudara, ” ungkapnya sambil tersenyum lebar.

Di antara deru angin gunung dan aroma tanah basah, kebersamaan itu terasa seperti doa yang hidup. Gotong royong menjadi bahasa yang melampaui perbedaan; antara loreng dan noken, antara prajurit dan rakyat mereka menyatu dalam satu warna: merah putih.

Sinergi yang tercipta di Wano Barat ini mendapat apresiasi langsung dari Panglima Komando Operasi TNI Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, yang menilai kegiatan ini bukan hanya pembangunan fisik, tapi juga pembangunan jiwa bangsa.

“Keamanan bukan sekadar menempatkan pasukan. Keamanan adalah rasa percaya, rasa dilindungi, dan rasa dipeluk oleh negara. Itulah yang dilakukan prajurit kami di Wano Barat, ” tegas Mayjen Lucky.

“Prajurit hadir tidak hanya dengan senjata di tangan, tetapi dengan hati yang tulus. Gotong royong seperti ini adalah wajah sejati TNI penyejuk, perekat, dan penjaga harapan rakyat.”

Ia menambahkan, fondasi perdamaian Papua dibangun bukan dari kekuatan militer semata, melainkan dari kekuatan cinta dan kemanusiaan.

“Selama rakyat dan TNI terus bergandengan tangan, Papua akan selalu punya harapan. Dari tangan-tangan yang sederhana, lahirlah kekuatan besar untuk menjaga Tanah Air, ” pungkasnya.

Dari Dugu-Dugu, semangat itu bergema. Di tanah yang sejuk dan jauh dari hiruk pikuk kota, prajurit dan rakyat menulis bab kecil sejarah kemanusiaan tentang bagaimana kedamaian dibangun, bukan dengan kekuasaan, tapi dengan cinta dan kerja bersama.

Papua bukan sekadar tanah yang dijaga, tapi rumah yang dirawat dengan kasih. Dan di Dugu-Dugu, cinta itu kini sedang tumbuh, batu demi batu, hati demi hati.

(Lettu Inf Sus/AG)

Read Entire Article
Masyarakat | | | |