Agam Dilanda Bencana: Hujan Tak Henti, Longsor Terjang Permukiman

4 days ago 3

Kabupaten Agam, Sumatera Barat, seolah tak beranjak dari kungkungan cuaca buruk. Selama lebih dari sepekan, mulai Jumat, 22 November hingga Jumat, 28 November 2025, Kecamatan Tilatang Kamang, Kamang Magek, dan Palupuh, yang populer dikenal sebagai Tilatang Kamang Lamo, dilanda hujan deras tanpa jeda yang disertai angin kencang. Kondisi ini telah mengubah sebagian besar wilayah tersebut menjadi daerah yang sangat rawan bencana.

Kepanikan melanda di berbagai nagari. Masyarakat hidup dalam kewaspadaan tinggi, menyaksikan bagaimana longsor terjadi silih berganti di jorong-jorong, tepian bukit, hingga jalur nasional dan jalan nagari. Material tanah yang longsor tidak hanya memutuskan akses vital, tetapi juga menimpa rumah warga. Tangis pilu dan cahaya lampu darurat menjadi pemandangan yang menghantui malam-malam di sana. Beberapa keluarga harus kehilangan tempat tinggal, bahkan anggota keluarga tercinta.

Di Kecamatan Palupuh, dampak longsor sangat mengerikan. Aliran air berlumpur yang membawa material kayu dan batu menerjang pemukiman dengan kekuatan luar biasa. Listrik padam bergelap-gelapan, sementara jalan-jalan amblas ke jurang atau tertimbun longsoran dari atas. Di beberapa titik, warga hanya sempat menyelamatkan diri tanpa sempat membawa barang berharga. Banjir dan banjir bandang turut memperparah keadaan, menghancurkan sawah, merusak jembatan, dan melumpuhkan aktivitas ekonomi.

Di tengah situasi mencekam ini, Syafril, SE Dt. Rajo Api, Anggota DPRD Kabupaten Agam dari Dapil III Agam, menyuarakan keprihatinan mendalam dan seruan bantuan. “Kondisi ini sudah di luar kemampuan masyarakat setempat. Saya mohon masyarakat dan perantau segera turun tangan. Kita butuh dukungan cepat, baik logistik, alat berat, maupun penanganan darurat. Banyak warga sudah mengungsi, banyak akses vital terputus. Ini darurat kemanusiaan, bukan lagi bencana biasa, ” tegas Syafril pada awak media via WhatsApp pada Jumat (28/11/2025).

Ia menambahkan bahwa kebutuhan mendesak saat ini bukan hanya bantuan logistik dasar, tetapi juga penanganan psikologis, evakuasi lanjutan, serta pembukaan akses jalan. Hal ini penting agar bantuan bisa menjangkau nagari-nagari yang terisolasi, seperti Pagadih dan Lurah Dalam.

Syafril menjelaskan bahwa di Nagari dan Jorong Kecamatan Palupuh, Tilatang Kamang, dan Kamang Magek, jumlah titik longsor terus bertambah setiap hari sejak hujan ekstrem mengguyur. “Kondisinya bergerak terus. Tanah masih labil. Warga ketakutan tiap malam, karena suara runtuhan dari bukit bisa terjadi kapan saja, ” ujarnya, menggambarkan ketidakpastian yang dirasakan warga.

Di posko pengungsian darurat, para ibu berusaha menenangkan anak-anak mereka yang masih terguncang oleh suara dentuman tanah longsor. Di sisi lain, para relawan, aparat kepolisian, TNI, serta unsur pemerintahan kecamatan dan nagari bekerja tanpa kenal lelah. Mereka berusaha memadamkan ketakutan warga dengan aksi nyata: membantu evakuasi, mengalirkan informasi penting, dan mengantarkan kebutuhan pokok.

Oleh karena itu, Syafril menekankan bahwa penanganan bencana tidak bisa ditunda. “Kita butuh bantuan semua lapisan masyarakat dan perantau Tilatang Kamang Lamo. Pemerintah Daerah Agam tidak akan sanggup bekerja sendiri, bencana serupa menimpa hampir semua wilayah Agam, ” katanya.

“Ini bukan hanya tanggung jawab Pemerintah Daerah Agam dan Sumbar, tetapi ini tanggung jawab kita semua secara keseluruhan, ” tambahnya, menegaskan bahwa bencana ini adalah urusan bersama.

Sementara itu, warga berharap hujan segera mereda. Namun, ramalan cuaca menunjukkan potensi hujan lebat masih akan berlangsung hingga akhir November. Dalam kondisi yang serba terbatas ini, masyarakat hanya bisa meningkatkan kewaspadaan sambil menanti uluran tangan bantuan yang lebih besar.

Di balik kepungan bencana, solidaritas masyarakat tetap menyala. Bantuan dari berbagai pihak, terutama dari masyarakat dan perantau Tilatang Kamang Lamo, menjadi kunci untuk membantu wilayah ini melewati masa sulit ini dengan lebih kuat dan siap.

Syafril Dt. Rajo Api juga menjelaskan bahwa beberapa tokoh masyarakat dan tokoh perantau Tilatang Kamang Lamo, seperti Ridwan Syarif Pangulu Sutan, Adler Rustam Dt. Madjo Indo, Khairul Huda St. Sari Alam, Soni Raimon, Yufrizal, dan Zul Kulifah, telah berinisiatif mengusulkan pengumpulan dana dan donasi lainnya. Inisiatif ini bertujuan untuk meringankan beban warga yang tertimpa musibah.

“Alhamdulillah, panitia sudah terbentuk dan mulai bergerak. Dana sudah mulai terkumpul. Sampai detik ini, daftar sumbangan sudah dijalankan, dan posko bencana akan didirikan di tiga kecamatan, ” jelasnya.

Beliau juga memohon kepada masyarakat dan perantau Tilatang Kamang Lamo untuk menyisihkan sebagian rezeki melalui rekening yang telah disediakan atau disalurkan melalui posko-posko di setiap kecamatan. “Bantuan juga dapat berupa barang, pakaian, selimut, makanan, peralatan dapur, dan sebagainya. Pendirian posko juga penting untuk menjadi tempat koordinasi penyaluran bantuan, ” tutup Syafril Dt. Rajo Api.

Read Entire Article
Masyarakat | | | |